AsalUsul Keris Ada beberapa teori yang berusaha menjelaskan tentang asal-usul penggunaan keris di Nusantara. Teori yang pertama dikemukakan oleh G.B. Gardner dalam bukunya yang berjudul Keris and Other Malay Weapon (1936). Oleh Gardner, keris dianggap sebagai perkembangan tingkat lanjut dari jenis senjata tikam zaman prasejarah yang terbuat
Keris adalah sejenis pedang pendek yang berasal dari pulau Jawa, Indonesia. Keris purba telah digunakan antara abad ke-9 dan 14. Selain digunakan sebagai senjata,keris juga sering dianggap memiliki kekuatan supranatural. Keris terbagi menjadi tiga bagian yaitu mata, hulu, dan sarung. Beberapa jenis keris memiliki mata pedang yang berkelok-kelok. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes. Keris sendiri sebenarnya adalah senjata khas yang digunakan oleh daerah-daerah yang memiliki rumpun Melayu atau bangsa saat ini, Keberadaan Keris sangat umum dikenal di daerah Indonesia terutama di daerah pulau Jawa dan Sumatra, Malaysia, Brunei, Thailand dan Filipina khususnya di daerah Filipina selatan Pulau Mindanao. Namun, bila dibandingkan dengan Indonesia dan Malaysia, keberadaan keris dan pembuatnya di Filipina telah menjadi hal yang sangat langka dan bahkan hampir punah. Tata cara penggunaan keris juga berbeda di masing-masing daerah. Di daerah Jawa dan Sunda misalnya, keris ditempatkan di pinggang bagian belakang. Sementara di Sumatra, Malaysia, Brunei dan Filipina, keris ditempatkan di depan. Sebenarnya keris sendiri memiliki berbagai macam bentuk, ada yang bermata berkelok kelok 7, 9 bahkan 13, ada pula yang bermata lurus seperti di daerah Sumatera. Selain itu masih ada lagi keris yang memliki kelok tunggal seperti halnya rencong di Aceh atau Badik di Sulawesi.
Terlepasdari banyaknya pandangan dan teori tentang asal usul keris, penelitian arkeologi menunjukkan bahwa keris telah dikenal oleh orang Jawa sejak abad 5 Masehi. Keris itu dihiasi dengan untaian bunga mawar dan melati yang dikalungkan pada hulu batang keris. Ternyata itu bukan hanya sekedar hiasan, melainkan mengandung makna untuk
Pernikahan adat Solo pun tidak lepas dari roncean bunga melati. Bunga melati yang dirangkai sedemikian rupa itu memiliki jenis yang beragam. Apa saja ragamnya? Ini dia roncean bunga melati seperti dilansir dan 1. Bunga Bangun Tulak. Roncean melati ini digunakan untuk menutupi kedua lobang sanggul Bangun Tulak, agar irisan pandan tak kelihatan sekaligus sebagai hiasan pada sanggul agar tampak lebih menarik. Melati yang masih kuncup dirangkai berurutan dari kelopak kebatang bunga yang panjang kemudian di lingkarkan hingga berbentuk oval. 2. Bunga Kolong Keris. Kolong Keris adalah bunga untuk kalung keris pengantin pria. Terbuat dari 2 jenis bunga melati yang masih kuncup dan setengan mekar, bunga kantil, bunga aster dan bunga mawar merah. 3. Bunga Gombyok Keris. Gombyok keris dibuat dengan model usus-ususan atau bawang sebungkul yang dipasang pada roncean kolong keris. Kemudian diberi mawar merah pada sambungannya. 4. Jatuh Dada/Tiba Dodo. Tiba dodo terdiri dari 3 untaian melati yang berbentuk bawang sebungkul. Biasanya, rangkaian ini digunakan pada pernikahan adat Solo Putri. 5. Kalung. Rangkaian bunga melati dengan bentuk banga sebungkul yang dirangkai melingkar untuk dijadikan kalung pengantin pria di atas beskap langenharjan Solo Putri. 6. Lar-laran. Dipakai di atas konde sebagai batas antara rambut asli dengan sanggul hairpiece. Rangkaian ini dimulai dengan menusukkan pada badan bunga sebanyak-banyaknya, kemudian diatur sejajar dan melingkar serta dibuat sepanjang lebar sanggul yang dipakai. Pasti Anda semua setuju bahwa roncean bunga melati pada pernikahan adat Jawa sangat indah dan beragam, bukan? Oleh Clara Marhaendra Wijaya vem/ver
. hgs25jy1lu.pages.dev/367hgs25jy1lu.pages.dev/85hgs25jy1lu.pages.dev/89hgs25jy1lu.pages.dev/195hgs25jy1lu.pages.dev/84hgs25jy1lu.pages.dev/265hgs25jy1lu.pages.dev/110hgs25jy1lu.pages.dev/23hgs25jy1lu.pages.dev/95
asal usul keris melati ronce